 |
| IPL |
Salah seorang pengamat yang enggan disebutkan namanya mengatakan, selain secara infrastruktur ketiga klub itu memang tidak layak karena tidak memiliki stadion yang sesuai standar regulasi kompetisi profesional, ketiga klub itu memang tidak memiliki sejarah di Indonesia Super League (ISL).
“Beda kalau dengan klub IPL yang lolos seperti Persijap Jepara, Persiba Bantul, PSM Makassar, dan Semen Padang. Persijap pernah main di ISL dan tidak pernah terdegradasi. Persiba saat memutuskan tampil di IPL, berstatus sebagai tim promosi ISL. Begitu juga PSM, apalagi Semen Padang yang memiliki sejarah panjang dalam sepakbola Indonesia. Selain itu, mereka juga memiliki infrastruktur sesuai regulasi PT.Liga Indonesia,” papar pengamat tersebut, Rabu (11/12).
Selain faktor itu, lanjutnya, tidak lolosnya ketiga klub itu tidak lepas dari sejarah masa kemarin. Seperti diketahui, Pro Duta dan Persepar adalah klub yang identik dengan dua anggota Exco PSSI di era dualisme kemarin yaitu Sihar Sitorus dan Tuty Dau. Pro Duta adalah milik Sihar Sitorus, sedangkan Persepar adalah binaan Tuty Dau, sementara Perseman adalah satu-satunya klub Papua yang mendukung IPL.
Seperti diketahui, PSSI hanya meloloskan empat klub dari IPL, yaitu PSM Makassar, Semen Padang, Persijap Jepara, dan Persiba Bantul.
Keputusan itu dibuat, setelah melakukan proses verifikasi klub yang meliputi lima aspek, yaitu legalitas, infrastruktur, supporting, manajerial, dan finansial.
“Kepada tujuh klub IPL yang menjalani proses verifikasi, PSSI memprioritaskan aspek infrastruktur. Lolos sementara dari IPL, yaitu PSM Makassar, Semen Padang, Persijap Jepara, dan Persiba Bantul,” kata Sekjen PSSI Joko Driyono saat mengumumkan.
Menurut Djoko Driyono, klub yang tidak lolos dapat melakukan banding, sampai satu minggu setelah keputusan dibuat. Namun, banding hanya sebatas melihat kelayakan klub profesional. Banding tidak menentukan klub mana yang berkompetisi di ISL musim depan.[tribunsport]
